1. Pengantar Komunikasi Internal
2. Publik Internal dalam Organisasi
3. Memahami Karakter Publik Internal
Komunikasi internal merupakan
komunikasi yang terjadi di sebuah organisasi. Komunikasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja SDM yang ada di dalamnya. Adanya proses pertukaran
informasi di antara kepala-kepala bagian tiap divisi. Dalam sebuah organisasi
tentunya akan terjadi konflik atau permasalahan yang dianggap tidak sesuai
dalam sebuah organisasi. Setiap kepala-kepala divisi dalam sebuah organisasi
memiliki tugas dan perannya masing-masing untuk mempunyai tujuan organisasi sehingga
hubungan komunikasi internal yang baik harus terjalin di antara kepala-kepala
divisi organisasi.
Dalam sebuah organisasi tentu
terdapat manajer sebagai kepala bagian tiap divisi, peran manajer dalam
organisasi antara lain:
- Peran Manajerial à Mengkomunikasikan ide, gagasan, informasi kepada karyawannya
- Peran Antarpribadi à seorang manajer harus mampu memotivasi dan melakukan kontrol kepada karyawannya dan mampu menjalin hubungan bisnis yang baik dengan pelanggan dan pemerintah
- Peran Informasional à manajer harus memantau atau mengawasi anak buahnya agar pekerjaan selesai sesuai dengan rencana. Manajer juga harus bisa menyebarkan informasi tentang kebijakan perusahaan dengan baik. Selain itu, manajer juga bisa berperan sebagai juru bicara untuk internal organisasinya maupun eksternal organisasinya
- Peran keputusan à manajer harus memiliki kemampuan untuk berperan sebagai wirausaha, pemecah masalah, mengatur sumber daya, dan berperan sebagai negosiator
Pertukaran
informasi dalam organisasi merupakan penghubung antar anggota dan penghubung
anggota dengan pimpinannya sehingga diperlukan pola komunikasi. Secara umum ada
2 pola komunikasi, yaitu:
1. Saluran
komunikasi formal
a. Komunikasi
dari atas ke bawah: komunikasi dari
pimpinan kepada karyawan.
b. Komunikasi
dari bawah ke atas: komunikasi dari
karyawan kepada pimpinan.
c. Komunikasi
horisontal: komunikasi yang terjadi di antara bagian-bagian departemen yang
memiliki posisi sejajar.
d. Komunikasi
diagonal: komunikasi antara dua tingkat organisasi yang berbeda.
2. Saluran
komunikasi informal sifatnya luwes, fleksibel, tidak kaku, tidak terikat aturan
dan waktu.
Publik
internal dalam komunikasi organisasi merupakan bagian yang penting dalam sebuah
organisasi karena mencakup orang-orang yang bekerja di dalamnya. Menurut Bettrand
R Canfield, 1964, h. 4: Public internal mengacu pada karyawan baik itu manajer
maupun orang-orang yang menjadi bawahannya. Menurut Cutlip, Center, dan Broom
dalam bukunya Effective Public Relation Edisi Kesembilan: publik internal
adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan yang
baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi
menggantungkan kesuksesannya. Kegiatan publik internal bertujuan untuk
menciptakan iklim kerja yang baik antar karyawan dan karyawan dengan atasan.
Berikut bentuk hubungan publik internal:
- Employee Relations (hubungan dengan para karyawan), memelihara hubungan antara manajer dengan karyawannya. Onong Uchyana Effendi menyatakan bahwa kegiatan untuk menciptakan hubungan baik denga para pegawai dapat dilakukan melalui: upah yang cukup, perlakuan yang adil, ketenangan kerja, perasaan diakui, penghargaan atas hasil kerja dan penyaluran perasaan.
- Manager Relations (hubungan dengan para manajer), memelihara hubungan baik dengan para manajer di lingkungan perusahaan. Untuk memlihara hubungan baik tersebut dapat dilakukan kegiatan, misalnya: memberlakukan adanya uang tunjangan, uang resiko jabatan, kegiatan coffee morning, koordinasi kerja antar bagian, rumah dinas dan sebagainya.
- Labour Relations (hubungan dengan para buruh), memelihara hubungan antara pimpinan dengan serikat buruh dalam perusahaan dan turut menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antara keduanya. Disinilah letak peranan PR dimana harus mengadakan tindakan-tindakan preventif mencegah timbulnya kesulitan-kesulitan. Misalnya: kasus PHK dan tuntutan kenaikan gaji.
- Stockholder Relations (hubungan dengan para pemegang saham), memelihara hubungan dengan para pemegang saham. Usaha membina hubungan dengan pemegang saham tidak lain untuk tujuan memajukan perusahaan. Komunikasi dapat dilakukan misalnya dengan cara: menyatakan selamat kepada pemegang saham baru, memberikan laporan, mengirimkan majalah organisasi dan mengadakan pertemuan.
Investor
relations ada pada organisasi bisnis atau
perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (go
public). Investor Relations (IR), bisa dijumpai di:
- BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
- Bursa Efek
- Media massa
Tugas
IR adalah sebagai berikut: mengikuti perkembangan bursa saham, memberikan saran
kepada manajemen terkait saham perusahaan dan memberikan jawaban terhadap
berbagai pertanyaan bidang keuangan. IR adalah orang-orang seperti manajer
perusahaan, pemegang saham, penasihat perusahaan dan pemberi pinjaman.
Setiap
publik internal dalam perusahaan atau organisasi tentunya memiliki karakter
masing-masing yang berbeda. Tentunya untuk mengetahui karakter tersebut perlu
adanya kedekatan dengan sesama publik internal. Kedekatan tersebut dapat
diperoleh melalui kegiatan-kegiatan internal yang bertujuan untuk menciptakan
opini publik internal melalui komunikasi internal. Kegiatan internal bertujuan
untuk meningkatkan motivasi karyawan, dan meningkatkan kepercayaan karyawan
terhadap perusahaan. Kegiatan internal dilakukan untuk memberikan informasi
pada karyawan secara keseluruhan dan bersama-sama. Contoh kegiatan internal: family
gathering, rapat.
- Multikultural dalam Internal Organisasi
Multikulturalisme
merupakan sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnik/budaya
dapat hidup berdampingan secara damai yang ditandai oleh kesediaan untuk
menghormati budaya lain. Tujuan multikulturalisme tidak untuk mempromosikan
kaum minoritas, tetapi menciptakan masyarakat yang beragam yang diakui secara
legal.
Menurut
Djokosantoso (2003), budaya perusahaan adalah sistem yang diyakini oleh semua
karyawan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai
sistem paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi
untuk menciptakan tujuan perusahaan telah ditetapkan.
Pada
dasarnya setiap individu memiliki ciri dan karakter tersendiri dalam
mengaktualisasikan perilakunya dalam berkomunikasi, juga pada saat melakukan
hubungan sosial dengan orang lain, baik itu dalam posisi sebagai komunikator
ataupun sebagai komunikan. Adapun segala bentuk ciri khas dan karakter yang
dimiliki oleh setiap individu pada dasarnya dipengaruhi oleh latar belakang
budaya yang dimiliki, yang merupakan kebiasaan dan adat istiadat yang diperoleh
secara turun menurun, dan juga dari faktor lingkungan wilayah di mana ia
berada. Latar belakang budaya itulah yang akan mempengaruhi segala macam
tingkah laku individu, bentuk pengetahuan, persepsi, dan interpretasinya untuk
berkomunikasi di dalam kontak dengan orang lain. Untuk itu hal yang mendasar
dalam menentukan perilaku individu pada saat berkomunikasi adalah latar
belakang budaya yang mereka miliki. Dengan adanya latar belakang tersebut
seseorang akan mencerminkan ciri khas dan karakteristik perilaku komunikasinya
serta dapat mengaktualisasikan kemampuannya dalam menyampaikan dan memahami
makna pesan yang muncul.
Dalam
berinteraksi atau melakukan aktivitas sehari-hari, para pegawai pasti akan
melakukan kontak dan berkomunikasi dengan pegawai lainnya serta pimpinan.
Dengan budaya yang berbeda itulah tidak menutup kemungkinan akan timbul
kesalahpahaman yang akan mengakibatkan timbulnya suatu konflik atau hambatan
yang terjadi antar sesama pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya. Menurut De
Vito (1997, h.488-491) ada beberapa hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya
dibagi menjadi 5 yaitu :
·
1. Mengabaikan Perbedaan
Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda
·
2. Mengabaikan perbedaan
Antara Kelompok Kultural yang Berbeda
·
3. Mengabaikan Perbedaan
dalam Makna
· 4. Melanggar Adat
Kebiasaan Kultural
5. Menilai Perbedaan
Secara Negatif
Bahasa
merupakan elemen yang penting dalam internal
communication, karena bahasa merupakan salah satu unsur komunikasi
multikultur yang diharapkan dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme dan kesadaran
bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat yang unsur-unsurnya memiliki ciri yang
beragam (multikultur). Larry A. Sammovar dan Richard E. Porter, mengemukakan
enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain:
·
Keperacayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
·
Pandangan dunia (worldviews)
·
Organisasi sosial (social organization)
·
Tabiat manusia (human nature)
·
Orientasi kegiatan (activity orientation)
·
Persepsi tentang diri
dan orang lain (perception of self and
other)
5.
Budaya Perusahaan Dalam
Komunikasi Internal
Budaya
organisasi setiap perusahaan, biasanya dipengaruhi oleh pendirinya. Mereka
itulah yang mengambil keputusan sebagai penentu arah strategi organisasi. Dan
pegawai adalah hal yang paling dominan sebagai penentu dan berjalannya
organisasi sehingga terciptanya budaya dalam suatu etos kerja. Itu dicapai
melalui interaksi atau sosialisme yang terjadi antar pegawai atau karyawan
perusahaan tersebut dengan pihak manajemen perusahaan.
Jika
semua definisi mengenai budaya organisasi diambil intinya, hasilnya merupakan
dimensi-dimensi budaya organisasi. Dimensi tersebut ada yang dapat
terlihat dengan mudah
dan ada yang
tidak. Edgar H.
Schein (1992) melukiskan budaya organisasi dalam 3
tingkatan yaitu:
Tingkat
l : Artefak. Tingkat ini merupakan dimensi yang paling terlihat dari budaya
organisasi, merupakan lingkungan fisik dan sosial organisasi. Anggota
organisasi sering tidak menyadari mengenai artefak budaya organisasi mereka,
tetapi orang luar organisasi dapat mengamatinya dengan jelas.
Tingkat
2 : Nilai-nilai. Semua pembelajaran organisasi merefleksikan nilai-nilai
anggota organisasi, perasaan mereka mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan
apa yang ada. Jika anggota organisasi menghadapi persoalan atau tugas baru,
solusinya adalah nilai-nilai.
Tingkat
3 : Asumsi dasar. Jika solusi yang dikemukakan pemimpin perusahaan dapat
berhasil berulang-ulang, maka solusi
dianggap sudah sebagai seharusnya.
Asumnsi dasar merupakan solusi yang paling dipercaya sama halnya dengan teori
ilmu pengetahuan yang sedang diterapkan- untuk suatu problem yang dihadapai
organisasi.
Schein
(1992) menambahkan pembentukan budaya organisasi tidak bisa dipisahkan dari
peran para pendiri organisasi. Prosesnya mengikuti alur berikut :
1. Para
pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai-nilai,
prespektif, artefak ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan.
2. Budaya
muncul ketika para anggota berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan
masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi
eksternal.
3. Secara
perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seorang pencipta
budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri,
control, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh
lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
Budaya
organisasi itu memberi sudut pandang bagi mereka terhadap segala sesuatu yang
perlu dilakukan. Dalam membentuk, mengembangkan, memperkuat, atau mengubah
sebuah organisasi, diperlukan sebuah praktek dalam menyatukan karyawan dan
nilai budaya organisasi. Caranya adalah, dengan melakukan sosialisasi dengan
melalui transformasi budaya organisasi berupa serangkaian aktivitas secara
tepat yang akan menghasilkan aktivitas individual dan keberhasilan organisasi.
Jadi, sebuah kebudayaan tidak muncul begitu saja didalam organisasi, tetapi
perlu adanya pembentukan dan pembelajaran yang matang dan berkesinambungan.
Robbins (1996), mengatakan bahwa budaya organisasi dalam sebuah perusahaan,
meliputi beberapa hal, yakni :
·
Terdapat nilai dominan
yang didukung oleh organisasi
·
Terdapat falsafah yang
menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan
·
Terdapat cara kerja
yang dilakukan di perusahaan itu.
·
Adanya asumsi dan
keprcayaan dasar yang terdapat diantara anggota organisasi
Wibowo
(2006:381) menjelaskan tentang manfaat dari budaya organisasi, yaitu:
·
Membantu mengarahkan
sumber daya pada pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.
·
Meningkatkan kekompakan
tim antar berbagai departemen, divisi atau unit dalam organisasi sehingga mampu
menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama-sama.
·
Membentuk perilaku
karyawan dengan mendorong percampuran nilai-nilai dan perilaku yang diinginkan
sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efisien dan efektif,
meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi koordinasi
dan kontrol.
·
Meningkatkan motivasi
karyawan dengan memberi mereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan
nilai-nilai, dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan
organisasi.
·
Memperbaiki perilaku
dan motivasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan kinerjanya dan pada
gilirannya akan meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
6. Kiat Berkomunikasi dalam Internal Organisasi
(HRD)
Human
Relations Development (HRD) berarti
kemampuan atau keahlian untuk berhubungan atau berinteraksi dengan cara
menjalin komunikasi yang baik dengan individu atau kelompok lainnya demi tujuan
tertentu. Human relation development (HRD)
ini merupakan satu salah soft skill yang
bisa karena muncul secara alamiah pada diri manusia, namun juga dapat diasah
dan dikembangkan. Seseorang yang menjalankan fungsi HRD, dapat memperoleh
hal-hal lain yang lebih terutama saat harus berhadapan dengan lingkup public
yang tentu mengharuskan untuk berhubungan dengan orang banyak. Singkatnya, HRD
dapat melancarkan ketika kita bernegosiasi atau lobbying. HRD pun berkaitan dengan cara menjalin hubungan baik
dengan internal relations maupun external relations.
Sebagai ilmu pengetahuan, HRD mirip
dengan kajian Public relations. Namun
Human Relation penerapannya lebih
kompleks ke ranah studi untuk membangun pengertian, penerimaan, serta kerjasama
antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya dan dapat mengetahui
pekerjaan yang sesuai dengan kriteria tertentu. Sehingga perbedaan dan
pertentangan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut dapat diminimalisir
skala pembedanya untuk mewujudkan kesatuan dan kekompakan demi budaya
organisasi yang baik pula. Jadi, human
relations fokus pada bagaimana metode komunikasi yang dipergunakan untuk
berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan sebagai manajemen, human relation dimaksudkan untuk
peningkakan moral dan disiplin kerja dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membangun dan meningkatkan motivasi kerja dan sense of belonging diantara para anggota
yang berimplikasi pada peningkatan produktivitas pada organisasi atau
perusahaan tersebut. Sehingga human
relations mengupayakan para anggota organisasi atau karyawan dalam
perusahaan agar mampu menciptakan kerjasama satu sama lain untuk meningkatkan
produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja.
Oleh karenanya, terdapat berbagai hal
yang perlu diperhatikan dalam membangun hubungan dengan manusia adalah cara
berinteraksi baik dengan aspek verbal maupun nonverbal. Hal tersebut penting
karena menurut saya, hal dasar yang menentukan baik buruknya suatu hal
cenderung diperoleh dari first
impression. Bagaimana kita bertutur, bersikap, dan bertindak tentunya akan
sedikit banyak merepresentasikan seperti apa sosok diri; kepribadian seorang
individu di mata publik.
7.
Internal branding Corporate or Organization
Brand
adalah alat komunikasi yang powerful.
Consumer brand yang baik dapat
membagi pemikiran dan memicu pembelian. Faktor yang mendasari pada consumer brand juga memberikan pengaruh
pada internal brand. Dengan
menghubungkan brand perusahaan dengan
budaya dan nilai, maka akan tercipta sebuah internal
brand. Internal branding adalah
hubungan antara budaya dan nilai organisasi dengan nilai individual yang
memungkinkan keduanya, baik individu maupun organisasi untuk mencapai tujuan
mereka. Pemimpin dapat dan harus menghubungkan komunikasi kepemimpinannya pada
proses internal branding sebagai sarana untuk mengikatkan tujuan mereka dengan
hasil organisasi.
Internal
branding memiliki peran yang sangat penting dalam
keberhasilan pelaksanaan sarana bisnis strategi. Perusahaan yang paling kuat
memberikan pengalaman merek melalui mediasi antar karyawan dan secara efektif
memberikan janji merek. (Goom, 2008: 4). Dengan kata lain, internal branding membantu meningkatkan kredibilitas dan memperkuat
jalinan kepercayaan antara pemimpin dan pegawai. Ketika orang-orang sudah
bersatu dalam satu tujuan dan mengetahui tujuan mereka, hasil yang positif pun
akan terjadi.
Manfaat
Internal branding
Internal
branding memelihara identitas organisasi.
Internal branding
membantu memperkuat siapa diri kita dan apa yang kita lakukan. Contohnya pada PT.
POS Indonesia. Pegawai yang bekerja pada PT. POS mengetahui bahwa pesan mereka
adalah untuk meningkatkan menyampaikan pesan antar manusia, yakni sebagai media
komunikasi konvensional. Hal ini merupakan misi yang mulia dan pegawai
merasakan kenyamanan dengan hal tersebut.
Internal
branding berfungsi sebagai platform untuk mendorong perubahan.
Jika kita mengetahui dimana dan siapa kita sekarang, kita
akan mendapatkan ide yang lebih baik tentang kita bisa menjadi apa. Contohnya,
Harley Davidson yang telah melalui beberapa transformasi organisasi dari tahun
80 hingga saat ini. Yang menjadikan proses transformasi mereka sukses adalah
pegawai yang berkomitmen pada produk dan brand
dan juga orang-orang di dalam organisasi.
Internal
branding adalah cara singkat berkomunikasi untuk menyampaikan pesan.
Pesan terikat pada brand
yang muncul dengan pegawai yang cenderung menerima mereka. Sebagai contoh, jika
anda pergi ke toko untuk mencari sereal, merek Kellogg akrab dengan anda, Anda
mengasosiasikan merek dengan rasa yang baik, kualitas baik, dan nilai yang
baik. Demikian juga, pesan brand dari
pemimpin senior, atau tim, akrab bagi karyawan dan berkonotasi rasa penting,
bahkan mendesak.
Manfaat internal
branding selain membangun kekayaan intelektual dan memiliki pelanggan yang
puas, perusahaan juga akan mendapatkan keuntungan dari loyalitas karyawan, biaya
pelatihan yang lebih rendah dan semangat staf yang kuat. Staf dengan afinitas
merek yang kuat akan tinggal di suatu organisasi lebih lama, dengan demikian
akan mempertahankan pengetahuan kelembagaan. Akibatnya, lebih sedikit sumber
daya yang diperlukan untuk melatih staf baru dan membuat mereka membiasakan
diri.
Kiat
Membangun Internal branding
Ø Bangunlah
brand anda pada misi anda.
Titik awal dari merek apapun adalah untuk apa sebuah
organisasi berdiri. Misi dan visinya yang didukung oleh budaya dan nilai adalah
arti brand bagi para pegawai. Setiap
penyimpangan dari misi dan budaya akan memberikan pesan yang salah.
Ø Masukkanlah
rasa yang menyenangkan pada brand
Kehidupan dalam organisasi tidak harus selalu menjemukan dan
membosankan. Hubungkan brand dengan
aktivitas di dalam organisasi yang bersifat kurang formal. Misalnya outing
perusahaan, aktivitas luar, bowling atau liga softball. Branding anda bisa sesederhana menampilkan logo perusahaan pada
banner yang mempromosikan es krim sosial atau meletakkan logo anda pada
topi yang dapat digunakan perusahaan untuk peserta retret perusahaan. Lagi
pula, bagian dari identitas brand
adalah merchandising. Dengan cara ini, brand
ada menjadi pemersatu dan memperkuat budaya organisasi anda.
Ø Tumbuhkan
brand anda.
Organisasi dapat tumbuh atau mati. Brand haruslah inklusif, yang artinya harus memberikan inisiatif
baru secara teratur. Oleh karenanya perluasan brand diperlukan adanya. Sebagai contoh, jika pabrik mengeluarkan
inisiatif kualitas, tim akan ditreatment
dengan baik melalui hubungan kualitas dengan brand perusahaan yang luas. Dengan melakukan hal tersebut, mereka
menambahkan kredibilitas dan juga kesadaran.
Ø Peliharalah
brand melalui komunikasi
Brand tanpa
komunikasi adalah bagaikan sebuah kaleng tanpa label di rak, anda tidak
mengetahui isinya dan anda tidak peduli. Alat komunikasi apapun, mulai dari
broadcast email hingga rapat pegawai, akan memperkuat brand. Memilih media dan kapan bergantung pada pesan, semakin berat
pesan brand, maka akan semakin banyak
media yang anda butuhkan.
Ø Jadikanlah
kepemimpinan sebagai pemicu brand.
Brand membutuhkan
dukungan manajemen senior anda untuk bertahan hidup. Pemimpin perlu menghubungkan
tujuan mereka dengan tujuan organisasi. Cara yang powerful untuk melakukan hal
ini adalah melalui branding. Ketika
pemimpin bersinkronisasi dengan organisasi, mereka memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk mendapatkan hasilnya. Dalam waktu yang bersamaan, pemimpin
yang melakukan perubahan dapat menggunakan brand
untuk mengendalikan transformasi dengan mencari dorongan dan dukungan untuk
inisiatid di dalam budaya. Untuk menjaganya tetap segar dan penting, email dan
banner dapat melakukan trik tersebut. Komponen tersebut pula dapat berungsi
sebagai bentuk media internal yang digunakan.
Apresiasi branding
internal dan kekayaan intelektual yang sebenarnya, akan membuat perbedaan yang
signifikan bagi sebuah bisnis dan bottom line nya. Ketika staf hidup dan
bernapas dengan merek, mereka lebih terbiasa dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Hal ini berarti pelayanan yang lebih baik dan, sebagai imbalannya,
meningkatkan kepercayaan pelanggan dan retensi, yang menyebabkan penjualan yang
lebih tinggi dan keuntungan.
Daftar
Pustaka
Devito,
Joseph, A.1997. Human Communication. New York: Harper Collinc Colege Publisher.
Goom, Sharoon, dkk. 2008. Internal branding A Human Resources
Perspective. Canada: Canadian Marketing Association.
Moeljono,
Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Schein,
H Edgar. 1992. Organizational Culture and Leadership, Second Edtion,
Jossey Bass Publishers, San Francisco.
Titanium Sheet Co. - Titsanium Arm Gringles (1) - Titsanium Arm Gringles
ReplyDeleteTitsanium Arm Gringles. $1.20. $9.50. $9.95. $9.50. titanium bike $7.50. $7.50. Titsanium Arm westcott scissors titanium Gringles $9. $9.50. smith titanium $9.50. titanium nail $7.50. $7.50. mens titanium watches